Monday, April 25, 2016

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR

















NAMA     : YOHANES EUDES PAYONG
NPM         :  57415267
KELAS    : 1IA06





SIAPKAH BANGSA INDONESIA MENGHADAPI ERA GLOBALISASI ?

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Menurut data biro sensus Amerika, perkiraan jumlah penduduk Indonesia di tahun 2010 mencapai 242,968,342 yang menempatkan kita di urutan ke-empat negara berpenduduk terbanyak di dunia. Angka ini sedikit di atas Proyeksi Penduduk Indonesia oleh BPS, BAPPENAS, dan UNFPA yang memperkirakan penduduk Indonesia akan sebanyak 233,477,400 di tahun yang sama. Tiga negara di ranking teratas (Cina, India, dan Amerika Serikat) adalah mereka yang selain bersaing dalam jumlah penduduk juga bersaing dalam berbagai bidang strategis di dunia. Cina telah berhasil melampaui pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. India kini semakin ngebut dengan berbagai pengembangan teknologinya. Amerika sendiri, selain berusaha agar tidak sampai keteteran di arena balap dunia, tampaknya semakin gencar melakukan manuver politik untuk mendukung bidang-bidang lain. Amerika, Cina, India, dan negara-negara maju lainnya bersaing sekuat tenaga untuk menjadi pemimpin era globalisasi.
Namun siapkah bangsa Indonesia menghadapi era globalisasi ?
Sesungguhnya bangsa Indonesia harus siap manghadapi  era globalisasi yang semuanya hampir modern, Ada beberapa kebijakan yang harus diterapkan Indonesia dalam menghadapi globalisasi, antara lain pembangunan SDM, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, membuka jalur perdagangan dunia melalui kebijakan peningkatan eksor dan investasi, pengembangan akses permodalan terutama bagi pengusaha UKM, serta menjaga keseimbangan dengan alam.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan SDM adalah faktor yang terpenting dalam menentukan kesiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Berdasarkan hasil survey pertumbuhan daya saing Asia oleh World Economic Forum (WEF), peringkat Indonesia terus menurun. Dari tahun 2001 di peringkat 64 dari 75 negara, tahun 2002 peringkat 67 dari 80 negara, tahun 2003 peringkat 72 dari 102 negara, tahun 2004 peringkat 69 dari 104 negara, dan tahun 2005 peringkat 74 dari 117 negara.
Hal pertama yang mendasar adalah melakukan perubahan paradigma pola berpikir atas berbagai nilai, persepsi, dan praktek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam pembangunan. Paradigma lama yang menjadikan negara sebagai poros pembangunan harus diubah dengan meletakkan masyarakat sebagai poros pembangunan. Maka, pola pembangunan juga harus memberdayakan masyarakat.

Memberdayakan masyarakat disini artinya menumbuhkan kepercayaan bagi tiap orang bahwa dirinya mampu lebih produktif dan berprestasi. Melalui pemberdayaan masyarakat sadar bahwa pembangunan sedang dilaksanakan, dan mereka punya kesempatan untuk melibatkan diri dalam pembangunan tersebut.
Selain itu upaya yang harus dilakukan bangsa Indonesia adalah mengembangkan pendidikan di Indonesia agar terciptanya sumber daya manusia yang ahli dan siap dalam membangun negeri ini.

PERBANDINGAN BUDAYA INDONESIA DENGAN BUDAYA JEPANG DAN CHINA
INDONESIA

Tradisi penamaan di Indonesia

Adapun masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga. Masyarakat Jawa misalnya, tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki nama keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku mana dia berasal, agama apa yang dianut dsb. Berikut karakteristik nama tiap suku di Indonesia
§  Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-laki) atau Sri (untuk perempuan), dan memakai vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko, Anto, Sri Miranti, Sri Ningsih.
§  Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku kata. Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
§  Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.
§  Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain Pinontoan, Ratulangi.
§  Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan merupakan nama keluarga.
Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh agama. Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dsb. Sedangkan umat Katolik biasanya memakai nama baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb
Pemakaian gesture/gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang

Cium tangan

Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya. Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan seorang pria terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga yang dilakukan dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal budaya cium tangan.

Cium pipi

Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Tradisi ini tidak ditemukan di Jepang.

Sungkem

Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain. Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan meminta doa restunya.

PERBEDAAN SIFAT

1.Orang Indonesia suka rapat dan membentuk panitia macam-macam.

 Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu, tentunya dengan konsumsinya sekalian. Setelah rapat perlu dibentuk panitia kemudian diskusi berulang kali,saling kritik, dan merasa idenya yang paling benar dan akhirnya pelaksanaan tertunda-tunda padahal tujuannya program tersebut sebetulnya baik.

2. Budaya Jam Karet

Selain dari beliau, saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang asing yang pernah ke Indonesia. Ketika saya tanya kebudayaan apa yang menurut anda terkenal dari Indonesia dengan spontan mereka jawab : Jam Karet! Saya tertawa tapi sebetulnya malu dalam hati.Sudah sebegitu parahkah disiplin kita?

3. Kalau bisa dikerjakan besok kenapa tidak (?)

Kalau orang lain berprinsip kalau bisa dikerjakansekarang kenapa ditunda besok? Saya pernah malu juga oleh tudingan Sensei saya sendiri tentang orang Indonesia. Beliau mengatakan, Orang Indonesia mempunyai budaya menunda-nunda pekerjaan.

4.      Umumnya tidak mau turun ke Lapangan

Beliau mencontohkan ketika dia mau memberikan pelatihan kepada para petani, pendampingnya dari direktorat pertanian datang dengan safari lengkap padahal beliau sudah datang dengan work wear beserta sepatu boot.

5. Tradisi buang sampah sembarangan

Di Indonesia banyak masyarakatnya yang membuang sampah sembarangan padahal di dekat nya ada tempat sampah, tak jarang ada yang membuang sampah di sungai.

JEPANG

Tradisi penamaan di Jepang

Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji, nama keluarga menjadi keharusan di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga di Jepang, dan diantaranya yang paling populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita menikah, maka dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya. Namun demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya. Dari survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden menginginkan agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama keluarga [2]. Hal ini terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser dari konsep “ie”() dalam tradisi keluarga Jepang. Semakin banyak generasi muda yang tinggal di kota besar, sehingga umumnya menjadi keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang wanita setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami. Tradisi di Jepang dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji, dan jumlah stroke, diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.

Pemakaian gesture/gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang
Ojigi

Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb. Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼). Ritsurei adalah ojigi yang dilakukan sambil berdiri. Saat melakukan ojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan badan. Sedangkan zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya, ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku (会釈). Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat. Saikeirei sangat jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan, ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan perasaan maaf yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.

PERBEDAAN SIFAT

BELAJAR DAN BEKERJA KERAS.

Jangan pernah berani menantang orang Jepang dalam hal bekerja keras, mereka terkenal dengan bangsa yang workaholic tiada hari tanpa bekerja. Badan mereka seperti sudah terhipnotis untuk selalu bergerak, bekerja, berpikir dan selalu berkarya. Jangan diam atau bengong, karena bengong sama dengan bodoh, dan bodoh sama dengan tidak terpakai alias tidak produktif. Kalau didalam perusahaan ada karyawan yang tidak produktif anda pasti sudah tahu bukan akan dia akan bernasib apa.
Mungkin di Indonesia pulang kerja tepat waktu pada sore hari itu merupakan hal yang wajar, melainkan di Jepang itu merupakan sesuatu hal yang memalukan, karena itu menandakan bahwa pegawai itu “tidak dibutuhkan”di perusahaan tempat dia bekerja.
Beberapa perusahaan Jepang di Batam ini juga kurang lebih menerapkan prinsip yang sama dengan negeri asalnya, sangat disiplin. Namun terkadang mereka mengurangi tingkat kedisiplinan bagi perusahaan mereka yang di Indonesia, selain karena harus mengikuti peraturan tenaga kerja di Indonesia juga karena perbedaan tingkat ketahanan fisik dan mental para karyawan Indonesia. Bagi yang sudah mempunyai pengalaman bekerja dengan orang Jepang pasti sudah tahu rasanya. Rasanya seperti romusha pada zaman penjajahan dulu.
Demikian juga halnya didalam dunia pendidikan, para siswa/i sangat candu untuk belajar. Sepulang sekolah jarang sekali kita menemukan para pelajar di mall ataupun tempat nongkrong anak muda, semuanya pada belajar dirumah.
Di kampus kampus di Indonesia, seorang dosen mungkin sangat jarang bekerja sesuai dengan jam kerjanya, datang sebentar, kasih lembar fotokopi sama mahasiswanya kemudian pergi entah kemana, demikian juga mahasiswanya bersorak kegirangan.
Beda halnya dengan Jepang, seorang dosen sudah terbiasa pulang pagi dari kampus begitu juga dengan para mahasiswanya. Tiada waktu untuk bersantai ria.
Mungkin anda pernah dengar di Jepang ada seorang anak yang mati karena kecapekan belajar, dan juga fenomena Karoshi yang mati karena kecapekan bekerja. Di Indonesia terjadi sebaliknya, seorang pengangguran bisa mati karena kebanyakan “tidur” dirumah.

MALU ATAS KEGAGALAN.

Pernah dengar kata Harakiri? Istilah itu dipakai oleh para samurai jika kalah dalam pertempuran atau gagal melaksanakan tugas maka dia akan bunuh diri dengan cara menusukkan samurai ke tubuhnya.
Sebenarnya tradisi itu sampai sekarang masih tetap terpelihara, namun nilainya mungkin sudah agak sedikit bergeser, di dunia pekerjaan seorang karyawan bisa saja mengundurkan diri secara tiba tiba, bukan karena diterima kerja ditempat lain melainkan karena gagal menjalankan tugas, tidak mencapai target penjualan, berbuat kesalahan, dll.
Sedangkan di dunia pendidikan seorang siswa dulu pernah ada yang bunuh diri dengan cara melompat dari atas gedung dikarenakan oleh nilai raportnya. Bukannya nilainya jelek atau merah, melainkan karena semester sebelumnya dia juara I dan semester yang sekarang dia cuma mendapat juara III.
Dalam hal ini penulis bukannya mengajak pembaca untuk resign dari tempat kerja jika anda gagal bekerja, atau bunuh diri karena dapat nilai jelek, hanya saja cuma mencoba menggambarkan bagaimana besarnya rasa tanggung jawab bangsa Jepang atas profesi dan tugas yang diembannya, meskipun tindakan yang mereka ambil agak sedikit “kelewatan” menurut kita, tapi bagi mereka itu wajar wajar saja.

HEMAT.

Dulu saya pernah membaca sebuah kisah nyata antara 2 orang pendatang yang bekerja di Amerika, satu orang dari Jepang dan yang satunya lagi orang Indonesia dari Jakarta. Mereka bekerja di perusahaan yang sama dan berpenghasilan yang sama. Tapi tinggal di tempat yang berbeda. Si Indonesian tinggal di apartemen yang mewah, didalamnya lengkap dengan perabot dan alat alat elektronik yang mahal. Sedangkan si Jepang hanya tinggal di kamar kontrakan disebuah rumah, isi kamarnya hanya kasur, lemari dan sebuah radio butut. Dia pergi kekantor hanya dengan berjalan kaki, tidak seperti si Indonesian yang sudah membeli mobil kreditan yang baru.
Mungkin anda heran kenapa si Jepang ini berbuat hal bodoh demikian, itu dikarenakan oleh sifat hemat mereka yang sudah turun temurun. Dalam kenyataan kasus diatas jawabannya akan anda temukan di rekening bank mereka. Rekening si Indonesian ini hanya berisikan uang untuk biaya sampai akhir bulan ini, tapi rekening si Jepang luar biasa. Jika dicairkan semua sanggup untuk biaya hidupnya seumur hidup tanpa bekerja. Bahkan jika hidup berkeluarga sekalipun.
Saya juga pernah baca di salah satu artikel tentang masyarakat Jepang, kalau di Jepang sana seorang ibu rumah tangga rela naik sepeda ke supermarket yang 3 kali lebih jauh dari supermarket dekat rumahnya hanya karena harganya lebih murah 20 yen. Mereka juga lebih memilih naik kereta api listrik atau sepeda kekantor meskipun mereka mampu untuk membeli sebuah mobil.

SUKA MEMBACA

Jika anda masuk ke kereta api, pergi ketaman, duduk di antrian, anda mungkin merasa suasananya begitu kaku karena semua orang pada diam membaca, mereka tidak pernah menyia nyiakan waktu yang ada dengan percuma, waktu mengantri di bank mereka gunakan untuk membaca. Mereka lebih suka menunggu dengan membaca daripada bercakap cakap seperti layaknya orang Indonesia. Sejak kecil anak anak sudah diajarkan untuk rajin membaca, oleh karena itu di Jepang ada buku pelajaran yang namanya komik pendidikan, yaitu buku pelajaran yang dikemas dalam bentuk komik sehingga anak anak tidak akan bosan dan akan tertarik untuk membacanya.

KOMPAK

Bangsa Jepang juga terkenal dengan sifat kebersamaannya, bekerja sama dalam satu team untuk mencapai satu tujuan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Di perusahaan yang manajemen dan karyawannya adalah orang Jepang biasanya sangat jarang terjadi perpecahan, beda hal nya dengan kebanyakan orang Indonesia jika bekerja dalam team work jika menjumpai sebuah permasalahan akan saling menyalahkan satu dengan yang lain, mencari kambing hitam, main tikam belakang dan banyak lagi sifat buruk lainnya.
Beda halnya dengan Jepang jika menjumpai sebuah masalah dalam team work didalam sebuah perusahaan, mereka akan bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut. Saya juga dulu sempat tahu kalau di budaya Jepang itu ada istilah “diam dan hening” ketika menjumpai sebuah masalah. Dulu saya pernah meeting dengan para manajemen orang Jepang, saya heran kenapa semuanya pada diam dan menunduk. Bukannya berdoa ataupun ketiduran melainkan mereka “diam dan hening” untuk berpikir mencari solusi, kira kira 10 menit kemudian mereka semua berlomba lomba untuk mengajukan ide nya masing masing. Sifat ini juga masih berhubungan dimana sering kita dengar orang Jepang lebih banyak bekerja dan berpikir daripada berbicara. Beda halnya dengan kita…

MANDIRI

Sejak usia dini anak anak sudah diajarkan untuk hidup mandiri, sampai akhirnya kebiasaan itu berlanjut hingga remaja dan dewasa. Di Jepang anak yang sudah menginjak bangku kuliah sangat jarang meminta uang kepada orang tuanya, rata rata mahasiswa di Jepang mempunyai pekerjaan sampingan atau kerja part time demi membiayai biaya sekolah dan jajan, mereka baru meminta uang kepada orang tuanya kalau keadaan sudah terpaksa sekali, dan itupun nantinya akan dikembalikan. Kebiasaan itulah yang membuat mereka hidup sukses dan mandiri tanpa bergantung kepada orang tua, sungguh sulit menemukan praktek Nepotisme di perusahaan Jepang, itu dikarenakan mereka merasa malu dikarenakan karena tidak mampu
.
TRADISI MENJAGA KEBERSIHAN

Di Jepang masyarakatnya memiliki kebiasaan untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka, masyarakat jepang terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya

Referensi
2. Osamu Ikeno, The Japanese Mind: Understanding Contemporary Culture, Tuttle Pub., 2002

CHINA

Bahasa

Bahasa Cina lisan terdiri daripada sebilangan dialek Cina sepanjang sejarah. Ketika Dinasti Ming, bahasa Mandarin baku dinasionalkan. Sengguhpun begitu, barulah ketika zaman Republik China pada awal abad ke-20 apabila kelihatan apa-apa hasil yang nyata dalam memupuk satu bahasa seragam di China.
Pada zaman kuno, bahasa Cina Klasik menjadi standard penulisan selama beribu-ribu tahun, tetapi banyak terhad kepada golongan sarjana dan cendekiawana. Menjelang abad ke-20, jutaan rakyat, termasuk yang di luar kerabat diraja buta huruf. Hanya selepas Gerakan 4 Mei baru bermulanya usaha beralih ke bahasa Cina Vernakular yang membolehkan rakyat biasa membaca kerana dirangka berasaskan linguistik dan fonologi bagi suatu bahasa lisan.

Kerohanian

Sebahagian besar budaya Cina berasaskan tanggapan bahawa wujudnya sebuah dunia roh. Berbagai-bagai kaedah penelahan telah membantu menjawab soalan, dan dijadikan pun alternatif kepada ubat. Budaya rakyat telah membantu mengisi kekosongan untuk segala hal yang tiada penjelasannya. Kaitan antara mitos, agama dan fenomena yang aneh memang rapat sekali. Dewa-dewi menjadi sebahagian tradisi, antara yang terpenting termasuk Guan Yin, Maharaja Jed dan Budai. Kebanyakan kisah-kisah ini telah berevolusi menjadi perayaan tradisional Cina. Konsep-konsep lain pula diperluas ke luar mitos menjadi lambang kerohanian seperti dewa pintu dan singa penjaga. Di samping yang suci, turut dipercayai yang jahat. Amalan-amalan seperti menghalau mogwai dan jiang shi dengan pedang kayu pic dalam Taoisme adalah antara konsep yang diamalkan secara turun-temurun. Upacara penilikan nasibCina masih diamalkan pada hari ini selepas bertahun-tahun mengalami perubahan.
Pebedaan sifat
1. Orang China selalu bekerja keras
Orang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya
2. Gemar berdagang/berbisinis
Hampir seluruh orang china memiliki profesi sebagai pedagang, bahkan banyak orang china yang menjadi pengusaha yang sukses
3. Hemat/Irit
Orang china sangat hemat dalam pengeluaran biaya hidup mereka, mereka pintar untuk mengatur pengeluaran mereka.
4. Inovatif
Orang china inovatif karena dapat meniru banyak barang buatan luar negeri.
 
KEUNGGULAN INDONESIA DARI JEPANG DAN CHINA

Tanah Subur Negara ini memiliki tanah yang sangat subur. karena memiliki banyak gunung berapi yang aktif menjadikan tanah di negara ini sangat subur terlebih lagi negara ini dilintasi garis katulistiwa yang banyak terdapat sinar matahari dan hujan .
Keanakearagaman hayati (biodiversity) di Indonesia adalah nomor dua terbanyak setelah Brazilia, Luas ekosistem terumbu karang Indonesia adalah yang terluas dengan yang diperkirakan mencapai 75.000 km2 atau 17% dari luas terumbu karang dunia. Di Indonesia terdapat 2,500 spesies hewan lunak laut (marine molusca), 2,000 spesies udang-udangan (krustasea), 82 genera dengan sekitar 590 spesies karang scleractinian, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2,500 spesies ikan laut atau 26% spesies Ikan laut di Dunia. Daratan, meskipun cakupannya hanya 1,3 persen dari permukaan daratan planet bumi, Indonesia memiliki, spesies 12% dari mamalia dunia, reptil dan ampibi 16% dari reptile dunia.
Indonesia memiliki masyarakat yang ramah dan sopan karena adanya budaya gotong royong.