TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
NAMA : YOHANES EUDES PAYONG
NPM : 57415267
KELAS : 1IA06
SIAPKAH BANGSA
INDONESIA MENGHADAPI ERA GLOBALISASI ?
Indonesia
merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Menurut data
biro sensus Amerika, perkiraan jumlah penduduk Indonesia di tahun 2010 mencapai
242,968,342 yang menempatkan kita di urutan ke-empat negara berpenduduk
terbanyak di dunia. Angka ini sedikit di atas Proyeksi Penduduk Indonesia oleh
BPS, BAPPENAS, dan UNFPA yang memperkirakan penduduk Indonesia akan sebanyak
233,477,400 di tahun yang sama. Tiga negara di ranking teratas (Cina, India,
dan Amerika Serikat) adalah mereka yang selain bersaing dalam jumlah penduduk
juga bersaing dalam berbagai bidang strategis di dunia. Cina telah berhasil
melampaui pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. India kini semakin ngebut dengan
berbagai pengembangan teknologinya. Amerika sendiri, selain berusaha agar tidak
sampai keteteran di arena balap dunia, tampaknya semakin gencar melakukan
manuver politik untuk mendukung bidang-bidang lain. Amerika, Cina, India, dan
negara-negara maju lainnya bersaing sekuat tenaga untuk menjadi pemimpin era
globalisasi.
Namun
siapkah bangsa Indonesia menghadapi era globalisasi ?
Sesungguhnya
bangsa Indonesia harus siap manghadapi
era globalisasi yang semuanya hampir modern, Ada beberapa kebijakan yang
harus diterapkan Indonesia dalam menghadapi globalisasi, antara lain
pembangunan SDM, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, membuka jalur
perdagangan dunia melalui kebijakan peningkatan eksor dan investasi,
pengembangan akses permodalan terutama bagi pengusaha UKM, serta menjaga
keseimbangan dengan alam.
Namun, tidak
bisa dipungkiri bahwa pembangunan SDM adalah faktor yang terpenting dalam
menentukan kesiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Berdasarkan
hasil survey pertumbuhan daya saing Asia oleh World Economic Forum (WEF),
peringkat Indonesia terus menurun. Dari tahun 2001 di peringkat 64 dari 75
negara, tahun 2002 peringkat 67 dari 80 negara, tahun 2003 peringkat 72 dari
102 negara, tahun 2004 peringkat 69 dari 104 negara, dan tahun 2005 peringkat
74 dari 117 negara.
Hal pertama
yang mendasar adalah melakukan perubahan paradigma pola berpikir atas berbagai
nilai, persepsi, dan praktek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta
dalam pembangunan. Paradigma lama yang menjadikan negara sebagai poros
pembangunan harus diubah dengan meletakkan masyarakat sebagai poros
pembangunan. Maka, pola pembangunan juga harus memberdayakan masyarakat.
Memberdayakan
masyarakat disini artinya menumbuhkan kepercayaan bagi tiap orang bahwa dirinya
mampu lebih produktif dan berprestasi. Melalui pemberdayaan masyarakat sadar
bahwa pembangunan sedang dilaksanakan, dan mereka punya kesempatan untuk
melibatkan diri dalam pembangunan tersebut.
Selain itu
upaya yang harus dilakukan bangsa Indonesia adalah mengembangkan pendidikan di
Indonesia agar terciptanya sumber daya manusia yang ahli dan siap dalam
membangun negeri ini.
PERBANDINGAN BUDAYA INDONESIA DENGAN
BUDAYA JEPANG DAN CHINA
INDONESIA
Tradisi penamaan di Indonesia
Adapun masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki
tradisi nama keluarga. Masyarakat Jawa misalnya, tidak memiliki nama keluarga.
Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki nama keluarga. Dari nama
seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku mana dia berasal, agama apa yang
dianut dsb. Berikut karakteristik nama tiap suku di Indonesia
§
Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya
diawali dengan Su (untuk laki-laki) atau Sri (untuk perempuan), dan memakai
vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko, Anto, Sri Miranti, Sri
Ningsih.
§
Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak
yang memiliki perulangan suku kata. Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
§
Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain
Harahap, Nasution.
§
Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain
Pinontoan, Ratulangi.
§
Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini
menunjukkan urutan, bukan merupakan nama keluarga.
Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama
yang diambil dari pengaruh agama. Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid,
Abdullah, dsb. Sedangkan umat Katolik biasanya memakai nama baptis :
Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb
Pemakaian
gesture/gerak tubuh untuk memberikan penghormatan dan kasih sayang
Cium tangan
Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya. Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan seorang pria terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga yang dilakukan dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal budaya cium tangan.
Cium pipi
Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Tradisi ini tidak ditemukan di Jepang.
Sungkem
Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain. Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan meminta doa restunya.
PERBEDAAN SIFAT
1.Orang Indonesia suka rapat dan membentuk
panitia macam-macam.
Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu, tentunya dengan
konsumsinya sekalian. Setelah rapat perlu dibentuk panitia kemudian diskusi
berulang kali,saling kritik, dan merasa idenya yang paling benar dan akhirnya
pelaksanaan tertunda-tunda padahal tujuannya program tersebut sebetulnya baik.
2. Budaya Jam Karet
Selain dari
beliau, saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang asing yang pernah ke Indonesia.
Ketika saya tanya kebudayaan apa yang menurut anda terkenal dari Indonesia
dengan spontan mereka jawab : Jam Karet! Saya tertawa tapi sebetulnya malu
dalam hati.Sudah sebegitu parahkah disiplin kita?
3. Kalau bisa dikerjakan besok kenapa
tidak (?)
Kalau orang
lain berprinsip kalau bisa dikerjakansekarang kenapa ditunda besok? Saya pernah
malu juga oleh tudingan Sensei saya sendiri tentang orang Indonesia. Beliau
mengatakan, Orang Indonesia mempunyai budaya menunda-nunda pekerjaan.
4. Umumnya tidak mau turun ke Lapangan
Beliau
mencontohkan ketika dia mau memberikan pelatihan kepada para petani,
pendampingnya dari direktorat pertanian datang dengan safari lengkap padahal
beliau sudah datang dengan work wear beserta sepatu boot.
5. Tradisi buang sampah sembarangan
Di Indonesia
banyak masyarakatnya yang membuang sampah sembarangan padahal di dekat nya ada
tempat sampah, tak jarang ada yang membuang sampah di sungai.
JEPANG
Tradisi penamaan di Jepang
Nama di
Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus
dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari
setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar,
memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman
restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak
memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji, nama keluarga menjadi keharusan
di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga di Jepang, dan diantaranya
yang paling populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita menikah, maka
dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya. Namun demikian,
banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya. Dari
survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden
menginginkan agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama
keluarga [2]. Hal ini terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser
dari konsep “ie”(家) dalam tradisi keluarga Jepang.
Semakin banyak generasi muda yang tinggal di kota besar, sehingga umumnya
menjadi keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang
wanita setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami. Tradisi di
Jepang dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji, dan
jumlah stroke, diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.
Pemakaian gesture/gerak tubuh untuk
memberikan penghormatan dan kasih sayang
Ojigi
Dalam budaya
Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat
mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb.
Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼).
Ritsurei adalah ojigi yang dilakukan sambil berdiri. Saat melakukan ojigi,
untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga keseimbangan, sedangkan
wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan badan. Sedangkan zarei adalah
ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya, ojigi dibagi
menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku
(会釈). Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan
menunjukkan intensitas perasaan yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level
yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei
sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat. Saikeirei sangat
jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf
yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan,
ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan perasaan maaf
yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.
PERBEDAAN SIFAT
BELAJAR DAN BEKERJA KERAS.
Jangan
pernah berani menantang orang Jepang dalam hal bekerja keras, mereka terkenal
dengan bangsa yang workaholic tiada hari tanpa bekerja. Badan mereka seperti
sudah terhipnotis untuk selalu bergerak, bekerja, berpikir dan selalu berkarya.
Jangan diam atau bengong, karena bengong sama dengan bodoh, dan bodoh sama
dengan tidak terpakai alias tidak produktif. Kalau didalam perusahaan ada
karyawan yang tidak produktif anda pasti sudah tahu bukan akan dia akan
bernasib apa.
Mungkin di
Indonesia pulang kerja tepat waktu pada sore hari itu merupakan hal yang wajar,
melainkan di Jepang itu merupakan sesuatu hal yang memalukan, karena itu
menandakan bahwa pegawai itu “tidak dibutuhkan”di perusahaan tempat dia
bekerja.
Beberapa
perusahaan Jepang di Batam ini juga kurang lebih menerapkan prinsip yang sama
dengan negeri asalnya, sangat disiplin. Namun terkadang mereka mengurangi
tingkat kedisiplinan bagi perusahaan mereka yang di Indonesia, selain karena
harus mengikuti peraturan tenaga kerja di Indonesia juga karena perbedaan
tingkat ketahanan fisik dan mental para karyawan Indonesia. Bagi yang sudah
mempunyai pengalaman bekerja dengan orang Jepang pasti sudah tahu rasanya.
Rasanya seperti romusha pada zaman penjajahan dulu.
Demikian
juga halnya didalam dunia pendidikan, para siswa/i sangat candu untuk belajar.
Sepulang sekolah jarang sekali kita menemukan para pelajar di mall ataupun
tempat nongkrong anak muda, semuanya pada belajar dirumah.
Di kampus
kampus di Indonesia, seorang dosen mungkin sangat jarang bekerja sesuai dengan
jam kerjanya, datang sebentar, kasih lembar fotokopi sama mahasiswanya kemudian
pergi entah kemana, demikian juga mahasiswanya bersorak kegirangan.
Beda halnya
dengan Jepang, seorang dosen sudah terbiasa pulang pagi dari kampus begitu juga
dengan para mahasiswanya. Tiada waktu untuk bersantai ria.
Mungkin anda
pernah dengar di Jepang ada seorang anak yang mati karena kecapekan belajar,
dan juga fenomena Karoshi yang mati karena kecapekan bekerja. Di Indonesia
terjadi sebaliknya, seorang pengangguran bisa mati karena kebanyakan “tidur”
dirumah.
MALU ATAS KEGAGALAN.
Pernah
dengar kata Harakiri? Istilah itu dipakai oleh para samurai jika kalah dalam
pertempuran atau gagal melaksanakan tugas maka dia akan bunuh diri dengan cara
menusukkan samurai ke tubuhnya.
Sebenarnya
tradisi itu sampai sekarang masih tetap terpelihara, namun nilainya mungkin
sudah agak sedikit bergeser, di dunia pekerjaan seorang karyawan bisa saja
mengundurkan diri secara tiba tiba, bukan karena diterima kerja ditempat lain
melainkan karena gagal menjalankan tugas, tidak mencapai target penjualan,
berbuat kesalahan, dll.
Sedangkan di
dunia pendidikan seorang siswa dulu pernah ada yang bunuh diri dengan cara
melompat dari atas gedung dikarenakan oleh nilai raportnya. Bukannya nilainya
jelek atau merah, melainkan karena semester sebelumnya dia juara I dan semester
yang sekarang dia cuma mendapat juara III.
Dalam hal
ini penulis bukannya mengajak pembaca untuk resign dari tempat kerja jika anda
gagal bekerja, atau bunuh diri karena dapat nilai jelek, hanya saja cuma
mencoba menggambarkan bagaimana besarnya rasa tanggung jawab bangsa Jepang atas
profesi dan tugas yang diembannya, meskipun tindakan yang mereka ambil agak
sedikit “kelewatan” menurut kita, tapi bagi mereka itu wajar wajar saja.
HEMAT.
Dulu saya
pernah membaca sebuah kisah nyata antara 2 orang pendatang yang bekerja di
Amerika, satu orang dari Jepang dan yang satunya lagi orang Indonesia dari
Jakarta. Mereka bekerja di perusahaan yang sama dan berpenghasilan yang sama.
Tapi tinggal di tempat yang berbeda. Si Indonesian tinggal di apartemen yang
mewah, didalamnya lengkap dengan perabot dan alat alat elektronik yang mahal.
Sedangkan si Jepang hanya tinggal di kamar kontrakan disebuah rumah, isi
kamarnya hanya kasur, lemari dan sebuah radio butut. Dia pergi kekantor hanya dengan berjalan kaki, tidak seperti si
Indonesian yang sudah membeli mobil kreditan yang baru.
Mungkin anda
heran kenapa si Jepang ini berbuat hal bodoh demikian, itu dikarenakan oleh
sifat hemat mereka yang sudah turun temurun. Dalam kenyataan kasus diatas
jawabannya akan anda temukan di rekening bank mereka. Rekening si Indonesian
ini hanya berisikan uang untuk biaya sampai akhir bulan ini, tapi rekening si
Jepang luar biasa. Jika dicairkan semua sanggup untuk biaya hidupnya seumur
hidup tanpa bekerja. Bahkan jika hidup berkeluarga sekalipun.
Saya juga
pernah baca di salah satu artikel tentang masyarakat Jepang, kalau di Jepang
sana seorang ibu rumah tangga rela naik sepeda ke supermarket yang 3 kali lebih
jauh dari supermarket dekat rumahnya hanya karena harganya lebih murah 20 yen.
Mereka juga lebih memilih naik kereta api listrik atau sepeda kekantor meskipun
mereka mampu untuk membeli sebuah
mobil.
SUKA MEMBACA
Jika anda
masuk ke kereta api, pergi ketaman, duduk di antrian, anda mungkin merasa
suasananya begitu kaku karena semua orang pada diam membaca, mereka tidak
pernah menyia nyiakan waktu yang ada dengan percuma, waktu mengantri di bank
mereka gunakan untuk membaca. Mereka lebih suka menunggu dengan membaca
daripada bercakap cakap seperti layaknya orang Indonesia. Sejak kecil anak anak
sudah diajarkan untuk rajin membaca, oleh karena itu di Jepang ada buku
pelajaran yang namanya komik pendidikan, yaitu buku pelajaran yang dikemas
dalam bentuk komik sehingga anak anak tidak akan bosan dan akan tertarik untuk
membacanya.
KOMPAK
Bangsa
Jepang juga terkenal dengan sifat kebersamaannya, bekerja sama dalam satu team
untuk mencapai satu tujuan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Di perusahaan
yang manajemen dan karyawannya adalah orang Jepang biasanya sangat jarang
terjadi perpecahan, beda hal nya dengan kebanyakan orang Indonesia jika bekerja
dalam team work jika menjumpai sebuah permasalahan akan saling menyalahkan satu
dengan yang lain, mencari kambing hitam, main tikam belakang dan banyak lagi
sifat buruk lainnya.
Beda halnya
dengan Jepang jika menjumpai sebuah masalah dalam team work didalam sebuah
perusahaan, mereka akan bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut. Saya
juga dulu sempat tahu kalau di budaya Jepang itu ada istilah “diam dan hening”
ketika menjumpai sebuah masalah. Dulu saya pernah meeting dengan para manajemen
orang Jepang, saya heran kenapa semuanya pada diam dan menunduk. Bukannya
berdoa ataupun ketiduran melainkan mereka “diam dan hening” untuk berpikir
mencari solusi, kira kira 10 menit kemudian mereka semua berlomba lomba untuk
mengajukan ide nya masing masing. Sifat ini juga masih berhubungan dimana
sering kita dengar orang Jepang lebih banyak bekerja dan berpikir daripada
berbicara. Beda halnya dengan kita…
MANDIRI
Sejak usia
dini anak anak sudah diajarkan untuk hidup mandiri, sampai akhirnya kebiasaan
itu berlanjut hingga remaja dan dewasa. Di Jepang anak yang sudah menginjak
bangku kuliah sangat jarang meminta uang kepada orang tuanya, rata rata
mahasiswa di Jepang mempunyai pekerjaan sampingan atau kerja part time demi
membiayai biaya sekolah dan jajan, mereka baru meminta uang kepada orang tuanya
kalau keadaan sudah terpaksa sekali, dan itupun nantinya akan dikembalikan.
Kebiasaan itulah yang membuat mereka hidup sukses dan mandiri tanpa bergantung
kepada orang tua, sungguh sulit menemukan praktek Nepotisme di perusahaan
Jepang, itu dikarenakan mereka merasa malu dikarenakan karena tidak mampu
.
TRADISI MENJAGA KEBERSIHAN
Di Jepang
masyarakatnya memiliki kebiasaan untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat
tinggal mereka, masyarakat jepang terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya
Referensi
2. Osamu Ikeno, The Japanese Mind: Understanding Contemporary
Culture, Tuttle Pub., 2002
CHINA
Bahasa
Bahasa Cina
lisan terdiri daripada sebilangan dialek Cina sepanjang sejarah. Ketika Dinasti
Ming, bahasa Mandarin baku dinasionalkan. Sengguhpun begitu, barulah ketika
zaman Republik China pada awal abad ke-20 apabila kelihatan apa-apa hasil yang
nyata dalam memupuk satu bahasa seragam di China.
Pada zaman
kuno, bahasa Cina Klasik menjadi standard penulisan selama beribu-ribu tahun,
tetapi banyak terhad kepada golongan sarjana dan cendekiawana. Menjelang abad
ke-20, jutaan rakyat, termasuk yang di luar kerabat diraja buta huruf. Hanya
selepas Gerakan 4 Mei baru bermulanya usaha beralih ke bahasa Cina Vernakular
yang membolehkan rakyat biasa membaca kerana dirangka berasaskan linguistik dan
fonologi bagi suatu bahasa lisan.
Kerohanian
Sebahagian
besar budaya Cina berasaskan tanggapan bahawa wujudnya sebuah dunia roh.
Berbagai-bagai kaedah penelahan telah membantu menjawab soalan, dan dijadikan
pun alternatif kepada ubat. Budaya rakyat telah membantu mengisi kekosongan
untuk segala hal yang tiada penjelasannya. Kaitan antara mitos, agama dan
fenomena yang aneh memang rapat sekali. Dewa-dewi menjadi sebahagian tradisi,
antara yang terpenting termasuk Guan Yin, Maharaja Jed dan Budai. Kebanyakan
kisah-kisah ini telah berevolusi menjadi perayaan tradisional Cina.
Konsep-konsep lain pula diperluas ke luar mitos menjadi lambang kerohanian
seperti dewa pintu dan singa penjaga. Di samping yang suci, turut dipercayai
yang jahat. Amalan-amalan seperti menghalau mogwai dan jiang shi dengan pedang
kayu pic dalam Taoisme adalah antara konsep yang diamalkan secara turun-temurun.
Upacara penilikan nasibCina masih diamalkan pada hari ini selepas
bertahun-tahun mengalami perubahan.
Pebedaan
sifat
1. Orang
China selalu bekerja keras
Orang selalu
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya
2. Gemar
berdagang/berbisinis
Hampir
seluruh orang china memiliki profesi sebagai pedagang, bahkan banyak orang
china yang menjadi pengusaha yang sukses
3.
Hemat/Irit
Orang china
sangat hemat dalam pengeluaran biaya hidup mereka, mereka pintar untuk mengatur
pengeluaran mereka.
4. Inovatif
Orang china
inovatif karena dapat meniru banyak barang buatan luar negeri.
KEUNGGULAN INDONESIA DARI JEPANG DAN
CHINA
Tanah Subur
Negara ini memiliki tanah yang sangat subur. karena memiliki banyak gunung
berapi yang aktif menjadikan tanah di negara ini sangat subur terlebih lagi
negara ini dilintasi garis katulistiwa yang banyak terdapat sinar matahari dan
hujan .
Keanakearagaman
hayati (biodiversity) di Indonesia adalah nomor dua terbanyak setelah Brazilia,
Luas ekosistem terumbu karang Indonesia adalah yang terluas dengan yang
diperkirakan mencapai 75.000 km2 atau 17% dari luas terumbu karang dunia. Di
Indonesia terdapat 2,500 spesies hewan lunak laut (marine molusca), 2,000
spesies udang-udangan (krustasea), 82 genera dengan sekitar 590 spesies karang
scleractinian, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2,500
spesies ikan laut atau 26% spesies Ikan laut di Dunia. Daratan, meskipun
cakupannya hanya 1,3 persen dari permukaan daratan planet bumi, Indonesia
memiliki, spesies 12% dari mamalia dunia, reptil dan ampibi 16% dari reptile
dunia.
Indonesia
memiliki masyarakat yang ramah dan sopan karena adanya budaya gotong royong.